Bagaikan pelangi yang tertutup awan. Keindahan yang tak bisa dilihat. Setitikpun tak ada yang bisa melihat. Sama seperti isi hati ini. Tak ada satu orangpun yang tahu akan isi dan niat diri ini. Mereka hanya melihat dari sisi lain diriku. Ya Allah, apakah diri ini melakukan hal yang salah? Apakah diri ini salah jika ingin merubah semuanya? Apakah ini terlalu cepat diusiaku yang masih tergolong muda ini? Ya Allah aku tahu! AKU SANGAT TAHU! bahwa perjalanan hidupku masih panjang. Meskipun perjalanan hidupku masih panjang, tapi aku tak tahu kapan aku akan kembali kepangkuanMu! Itu yang membuat aku takut. Aku takut, aku tak bisa mencium bau surgaMu.
Ya Allah, hati ini pasrah jika dihina. Hati ini akan selalu pasrah karna Engkau akan selalu merangkulku dan mendengar segala keluh kesah dalam hati ini. Aku baru merasakan bagaimana rasanya berusaha untuk berubah. Ternyata tidak semudah membalikkan telapak tangan. Hinaan demi hinaan seringkali ku dengar.
"Kau berubah! Kau terlalu terbawa akan perasaan!"
Ya Allah, ini semua bukan karna DIA! Sama sekali bukan. Niat ini timbul ketika aku belum mengenalnya. Perubahanku murni untukMu dan bukan untuk dia. Aku berubah karna aku malu! Malu jika aku dipanggil olehMu dan diri ini masih kotor. Apa yang akan aku katakan dihadapanMu jika aku kembali. Aku takut ya Allah.
Hati ini tak bisa membendung rasa sakit dihati. Airmata yang turun selalu membuat aku terngiang akan perkataan itu. Begitu sakit hatinya diri ini ya Allah. Meskipun aku berusaha tak mendengar, tapi tetap saja telinga ini masih bisa mendengar. Seribu kali ucapan yang keluar dari mulut ini untuk meluruskan presepsi mereka, tapi tetap saja mereka enggan mendengar. Cacian apa lagi yang akan aku dapat esok hari ya Allah? Aku tak kuat. Sungguh.
-AZ-
29 September 2015
Selasa, 29 September 2015
Selasa, 22 September 2015
Bersyukur
Bismillahirohmanirrohim.
Assalamualaikum, saya ingin bercerita. Cerita klasik tentang hari ini. Hari ini banyak sekali hal-hal yang membuat saya bahagia, sedih, kesel, dan semacamnya. Dipagi yang cerah, otak penuh hafalan yang ga bisa dipahami, tapi hanya "dihafal" -,-. U.J.I.A.N untuk analisis instrumen. Saya takut, rasanya ketar-ketir tapi ga deg-deg an. Ada dua metode ujiannya, teori dan praktik. Saya berharap kebagian teorinya saja, soalnya saya sama sekali ga mempelajari alat. Sepanjang perjalanan, dalam hati cuma bisa istigfar sebanyak-banyaknya karna khawatir. Pas sudah sampai depan laboratorium banyak yang udah ngumpul sambil buka-buka laporan dan ga lupa diiringi mulut yang komat-kamit karna masih ngafalin. Niatnya saya ga mau belajar lagi karna demi apapun saya masih ngantuk.-. tapi karna ketakutan ga bisa, ya alhasil saya ikut belajar itung-itung review lagi, siapa tau dapat informasi baru (terutama tentang pengoprasian alat). Alhamdulillah, saya banyak dapat informasi dari temen-temen sekitar yang lagi pada diskusi.
Lagi asik-asiknya ngafalin sambil ketawa-ketiwi tiba-tiba Bu Guru keluar dari laboratorium *seketika semua hening* bawa gulungan kertas kecil dan menyuruh salah satu anggota kelas untuk maju mengambil gulungan kertas. Kelas saya mengandalkan sang ketua kelas untuk mengambil salah satu dari kertas kecil itu, waaaah saya makin deg-degan. Takut banget dapet praktik:( dan hasiiiiiiilllllnnnyaaaaa kelas saya dapet bagian PRAKTIK!!! huaaaahhaaahhhaaa saya langsung diem baca istigfar dalam hati. Serius deh ini lebih deg-deg an daripada ketemu sama gebetan *eehh lebay beud*. Mungkin saking mumetnya temen-temen saya, jadi pada bilang ga mau belajar lagi dan alhasil ikutan deh xixixixi.
Kelas yang pertama masuk kelas yang kebagian ujian teori dulu, jadi kelas saya harus nunggu di depan lab.
1 jam...
1,5 jam...
2 jam...
Iya 2 jam nunggu-,-
Kelas yang teori udah keluar, kelas saya langsung masuk dan gurunya langsung bingung harus gimana. Akhirnya disuruh keluar lagi hahaha. Ga lama dari itu ada suara tereakan...
"ABSEN SATU SAMPE EMAT, MASUUUKKK!!!!"
Hoaaa saya kaget, nomor absen saya kesebut *ya secara nama dari A*. Saya langsung ambil kocokan untuk milih penetapan yang akan diuji. Saya ikhlas dapet apa aja yang penting dipermudah dan diperlancar.
Ambil gulungan...
Buka gulungan...
Baca gulungan...
"HPLC"
Diem...
Istigfar...
Pasrah...
Ikhlas...
Jalan ke meja kerja sambil nginget-nginget cara kerjanya.
Tahap 1:
Preparasi = lancar *alhamdulillah*
Tahap 2:
Pengukuran = lancar *alhamdulillah*
Keluar lab. langsung bilang "alhamdulillah mission complete".
Klasik banget ceritanya-,- tapi hari ini BANYAK sekali hal yang membuat saya bersyukur. Salah satunya cerita saya yang diatas. Suasana hati saya kembali normal lagi hehehe. B A H A G I A --> satu kata untuk menggambarkan hari ini.
Saya sangat...sangat...sangat bersyukur kepada Allah karna sudah mengabulkan setiap doa saya dan semoga doa orang tua saya pun ikut terkabul *aamiin*.
-AZ-
22 September 2015
Assalamualaikum, saya ingin bercerita. Cerita klasik tentang hari ini. Hari ini banyak sekali hal-hal yang membuat saya bahagia, sedih, kesel, dan semacamnya. Dipagi yang cerah, otak penuh hafalan yang ga bisa dipahami, tapi hanya "dihafal" -,-. U.J.I.A.N untuk analisis instrumen. Saya takut, rasanya ketar-ketir tapi ga deg-deg an. Ada dua metode ujiannya, teori dan praktik. Saya berharap kebagian teorinya saja, soalnya saya sama sekali ga mempelajari alat. Sepanjang perjalanan, dalam hati cuma bisa istigfar sebanyak-banyaknya karna khawatir. Pas sudah sampai depan laboratorium banyak yang udah ngumpul sambil buka-buka laporan dan ga lupa diiringi mulut yang komat-kamit karna masih ngafalin. Niatnya saya ga mau belajar lagi karna demi apapun saya masih ngantuk.-. tapi karna ketakutan ga bisa, ya alhasil saya ikut belajar itung-itung review lagi, siapa tau dapat informasi baru (terutama tentang pengoprasian alat). Alhamdulillah, saya banyak dapat informasi dari temen-temen sekitar yang lagi pada diskusi.
Lagi asik-asiknya ngafalin sambil ketawa-ketiwi tiba-tiba Bu Guru keluar dari laboratorium *seketika semua hening* bawa gulungan kertas kecil dan menyuruh salah satu anggota kelas untuk maju mengambil gulungan kertas. Kelas saya mengandalkan sang ketua kelas untuk mengambil salah satu dari kertas kecil itu, waaaah saya makin deg-degan. Takut banget dapet praktik:( dan hasiiiiiiilllllnnnyaaaaa kelas saya dapet bagian PRAKTIK!!! huaaaahhaaahhhaaa saya langsung diem baca istigfar dalam hati. Serius deh ini lebih deg-deg an daripada ketemu sama gebetan *eehh lebay beud*. Mungkin saking mumetnya temen-temen saya, jadi pada bilang ga mau belajar lagi dan alhasil ikutan deh xixixixi.
Kelas yang pertama masuk kelas yang kebagian ujian teori dulu, jadi kelas saya harus nunggu di depan lab.
1 jam...
1,5 jam...
2 jam...
Iya 2 jam nunggu-,-
Kelas yang teori udah keluar, kelas saya langsung masuk dan gurunya langsung bingung harus gimana. Akhirnya disuruh keluar lagi hahaha. Ga lama dari itu ada suara tereakan...
"ABSEN SATU SAMPE EMAT, MASUUUKKK!!!!"
Hoaaa saya kaget, nomor absen saya kesebut *ya secara nama dari A*. Saya langsung ambil kocokan untuk milih penetapan yang akan diuji. Saya ikhlas dapet apa aja yang penting dipermudah dan diperlancar.
Ambil gulungan...
Buka gulungan...
Baca gulungan...
"HPLC"
Diem...
Istigfar...
Pasrah...
Ikhlas...
Jalan ke meja kerja sambil nginget-nginget cara kerjanya.
Tahap 1:
Preparasi = lancar *alhamdulillah*
Tahap 2:
Pengukuran = lancar *alhamdulillah*
Keluar lab. langsung bilang "alhamdulillah mission complete".
Klasik banget ceritanya-,- tapi hari ini BANYAK sekali hal yang membuat saya bersyukur. Salah satunya cerita saya yang diatas. Suasana hati saya kembali normal lagi hehehe. B A H A G I A --> satu kata untuk menggambarkan hari ini.
Saya sangat...sangat...sangat bersyukur kepada Allah karna sudah mengabulkan setiap doa saya dan semoga doa orang tua saya pun ikut terkabul *aamiin*.
-AZ-
22 September 2015
Minggu, 20 September 2015
Bukan Dia
Terkadang kita memikirkan sesuatu yang tidak sepatutnya kita pikirkan.
Namun, karena waktu dan keadaan yang membuat kita memikirkan hal itu. Contohnya saja ketika kita sendirian ditempat yang ramai atau sendirian ditempat yang sepi. Saya juga sering mengalami itu. Kadang suka bingung harus bagaimana agar tidak memikirkan hal itu lagi. Moment yang paling bisa ngilangin keadaan itu adalah ketika lagi sepi-sepi nya suasana, eeeehh ada yang teriak "NIIIDDDDDAAAAAAAAAAA!!! WOOOYY KELUAR LO DARI KAMAR JANGAN BERTELOR MULUUU!!! AYOO MAEN!" huahahaha sepontan saya kaget, ya jelas aja kaget orang lagi kepikiran sesuatu malah dikagetin pake suara yang kenceng nya naudzubillah-,- tapi bersyukur juga sih saya di kagetin, kalo ga dikagetin bisa-bisa saya gila sendirian.
Mereka..... iya "mereka" bukan "dia" skip dulu nulis tentang "dia"nya. Mereka orang yang paling males dianggep temen tapi paling cocok dianggep sahabat (ciyeileh). Mereka yang paling sering ngingetin saya untuk tidak terlalu sering menyendiri, melamun, menangis, dan stress. Sahabat paling berisik, paling rame, paling gila, tapi paling ngangenin. Yakelah, jadi baper saya kalo nulis tentang mereka:".
Sebutan yang tepat untuk mereka adalah "alarm". Iya alarm menuju kebebasan. Mereka yang selalu ada setiap hari disisi saya, jadi saya lebih sering mendengar nasihat mereka secara langsung. Mereka ga pernah takut saya sakit hati atas apa yang mereka katakan dan saya juga tidak akan sakit hati karna saya yakin meskipun ini hidup saya tapi orang lain yang menilai baik buruknya kehidupan saya.
Mereka yang selalu mendengar cerita saya tentang apapun, bahkan sampai ceritanya diulang-ulang pun mereka masih mau mendengar meskipun diakhiri dengan......
"Elu udah cerita berkali-kali tentang ini nid-,- ga ada cerita lain apa?" Hahahaha cerita berulang-ulang ya karna emang kenangannya "stuck" disitu.
Setiap hari selalu sharing cerita. Entah cerita yang cuma buat manas-manasin satu sama lain, atau bahkan sampe cerita yang bersifat pribadi. Cerita cinta misalnya. Mungkin karna keseringan cerita tentang cinta jadi yang ada di otak pasti "gue mau cepet-cepet nikah aja" huaaaa terlalu pasrah:(.
Umur kita beragam, kaya bunga yang ada ditaman kencana(?). Kisaran 18-19 tahun (tenang, saya ga bilang ada yang "mau 20 tahun" muehehe ampun). Masih muda bukan? Tapi pikirannya sudah dewasa. Hmmm dewasa sebelum waktunya(?). Efek dari SMA yang empat tahun mungkin. Ya jadinya udah ga heran kalo sering ngomongin nikah. Yang lebih sering ngomogin nikah itu.....saya sendiri-,- ya lagian, saya terlalu cape dengan cinta yang pura-pura.
Hoaam jadi ngalor ngidul. Cerita kali ini cukup sampai disini. Harapan saya adalah semoga mereka tidak pernah melupakan saya:)
-AZ-
20 September 2015
Namun, karena waktu dan keadaan yang membuat kita memikirkan hal itu. Contohnya saja ketika kita sendirian ditempat yang ramai atau sendirian ditempat yang sepi. Saya juga sering mengalami itu. Kadang suka bingung harus bagaimana agar tidak memikirkan hal itu lagi. Moment yang paling bisa ngilangin keadaan itu adalah ketika lagi sepi-sepi nya suasana, eeeehh ada yang teriak "NIIIDDDDDAAAAAAAAAAA!!! WOOOYY KELUAR LO DARI KAMAR JANGAN BERTELOR MULUUU!!! AYOO MAEN!" huahahaha sepontan saya kaget, ya jelas aja kaget orang lagi kepikiran sesuatu malah dikagetin pake suara yang kenceng nya naudzubillah-,- tapi bersyukur juga sih saya di kagetin, kalo ga dikagetin bisa-bisa saya gila sendirian.
Mereka..... iya "mereka" bukan "dia" skip dulu nulis tentang "dia"nya. Mereka orang yang paling males dianggep temen tapi paling cocok dianggep sahabat (ciyeileh). Mereka yang paling sering ngingetin saya untuk tidak terlalu sering menyendiri, melamun, menangis, dan stress. Sahabat paling berisik, paling rame, paling gila, tapi paling ngangenin. Yakelah, jadi baper saya kalo nulis tentang mereka:".
Sebutan yang tepat untuk mereka adalah "alarm". Iya alarm menuju kebebasan. Mereka yang selalu ada setiap hari disisi saya, jadi saya lebih sering mendengar nasihat mereka secara langsung. Mereka ga pernah takut saya sakit hati atas apa yang mereka katakan dan saya juga tidak akan sakit hati karna saya yakin meskipun ini hidup saya tapi orang lain yang menilai baik buruknya kehidupan saya.
Mereka yang selalu mendengar cerita saya tentang apapun, bahkan sampai ceritanya diulang-ulang pun mereka masih mau mendengar meskipun diakhiri dengan......
"Elu udah cerita berkali-kali tentang ini nid-,- ga ada cerita lain apa?" Hahahaha cerita berulang-ulang ya karna emang kenangannya "stuck" disitu.
Setiap hari selalu sharing cerita. Entah cerita yang cuma buat manas-manasin satu sama lain, atau bahkan sampe cerita yang bersifat pribadi. Cerita cinta misalnya. Mungkin karna keseringan cerita tentang cinta jadi yang ada di otak pasti "gue mau cepet-cepet nikah aja" huaaaa terlalu pasrah:(.
Umur kita beragam, kaya bunga yang ada ditaman kencana(?). Kisaran 18-19 tahun (tenang, saya ga bilang ada yang "mau 20 tahun" muehehe ampun). Masih muda bukan? Tapi pikirannya sudah dewasa. Hmmm dewasa sebelum waktunya(?). Efek dari SMA yang empat tahun mungkin. Ya jadinya udah ga heran kalo sering ngomongin nikah. Yang lebih sering ngomogin nikah itu.....saya sendiri-,- ya lagian, saya terlalu cape dengan cinta yang pura-pura.
Hoaam jadi ngalor ngidul. Cerita kali ini cukup sampai disini. Harapan saya adalah semoga mereka tidak pernah melupakan saya:)
-AZ-
20 September 2015
Sabtu, 19 September 2015
Three Years Passed
Kali ini pengalaman masa lalu. Masa lalu yang mungkin bisa dilupakan karna kenangan yang diukir hanya nafsu setan belaka. Tidak ada yang bisa disalahkan, ini keputusan yang sangat benar.
Tiga tahun yang lalu...
Saya bertemu dengan laki-laki yang sangat memotivasi. Sebelum saya mengenalnya, saya sudah kagum dengan apa yang ia lakukan. Dia pintar sekali berbicara, sangat ramah, pintar bergaul, tapi sayang kadang suka memberikan harapan yang palsu (php). Duh, kalo soal PHP kayanya saya yang salah-,- karna kebawa sama perasaan. Intinya dia laki-laki yang baik, cukup baik menurut saya pribadi.
Tiba-tiba keinget sesuatu, kalo saya ketemu sama dia. Pasti aja berantem ga ada akur-akurnya. Ga tau malu kalo berantem. Rasanya punya prinsip begini...
"Dia ngajak berantem... ya dibales! Ga boleh ngalah, dan ga boleh kalah!"
Ada nih satu cerita yang paling ga bisa dilupain. Jadi waktu itu udah malem, tapi saya masih aja chat-an sama dia. Chat-an nya ga romantis atau biasa aja gitu yaaaa. Seperti biasa, rutinitas tiap kalo lagi chat-an. Ya iya udah ketebak pasti "BERANTEM". Hoaaaaaaa...
Cape banget nanggepinnya kalo pake urat sama otot:( tapi ada keseruan disitu.
Dia: "duh ileh, dasar anak jaman sekarang"
Saya: "duh ileh, dasar anak jaman dulu"
Dia: "bener-bener deh nid, lu mah ade kelas kurang asem"
Saya: "ya Allah kak, gue kan bukan sayur asem:( tapi kan bener lu udah tua:("
Dia: "muka gue masih muda elah"
Saya: "kasian gue sama lu kak, ga punya kaca. Jadi pen beliin kaca"
Dia: "nid..."
Saya: "ape kek?"
Dia: "jembatan pakuan masih rame kan ya?"
Saya: "iya kak masih, kenapa gitu?"
Dia: "anterin gue kesono nyok"
Saya: "ngapain dah?"
Dia: "ntar kalo udah sampe sono, lu jorokin gue, biar gue aja yang mati duluan. Ga kuat gue ama lu nid"
Saya: "hahaha, duh sampe segitunya. Tapi ayoo dah kak, biar tidur nyenyak gue"
Dia: "tindih badan gue pake buldoser sekalian ya nid, biar ga berbentuk:("
Saya: "buldoser ke mahalan kak, pake angkot aja yak"
Dia: "ya Allah, dasar songong emang ini ade kelas"
Saya: "ya beginilah saya"
Dia: "paling songong lu nid...nid"
Dari sekian banyaknya kejadian berantem saya sama dia, cuma itu doang yang keinget dan selebihnya lupa hahahaha.
Cuma dia doang yang sering ngajak saya berantem sampe ketawa ngakak karna dia kalah mulu.
Kaya anak kecil emang, tapi dari berantem itu lah saya semakin mengenal dia. Saya semakin tahu bagaimana dia marah, dan bagaimana dia menyikapi suatu masalah.
Sudah terlalu banyak cerita tentang dia dalam hidup saya, sampai saya lupa akan Allah. Astagfirullah. Ketika Allah mengingatkan saya, saya langsung mengambil keputusan untuk memutuskan komunikasi saya dengan dia. Tidak mudah untuk melakukannya, sampe-sampe saya selalu berdoa untuk dipisahkan dan apa yang harusnya saya lalukan. Tidak lama dari itu, Allah mengabulkan permintaan saya. Senang sekali rasanya. Perlahan saya melupakan dia, meskipun tidak semudah membalikkan telapak tangan.
Saya selalu berdoa kepada Allah, agar dihapuskan fikiran saya tentang dia. Fikiran yang membuat saya jauh dari Sang Pencipta. Masa iya saya lebih mencintai makhluk ciptaan Allah daripada Allah yang menciptakan saya. Kan ga lucu pake banget.
Setelah kejadian itu, dan setelah saya melupakan dia dengan ikhlas karna Allah. Saya mencoba menjemput hijrah saya, mencoba menjadi pribadi yang lebih baik, moncoba memperbaiki lisan dan perbuatan buruk saya.
Saya sangat bersyukur karna Allah mengingatkan saya, menyentuh hati saya dengan lembut sehingga saya merasa tertegur atas apa yang saya perbuat selama ini.
Kejadian diatas hanya sebagian kecil dari kehidupan saya. Kisah percintaan saya yang tak harusnya saya dapatkan.
Saya yakin Allah akan memberikan laki-laki yang sholeh kepada saya. Insya Allah:)
Jodoh siapa yang tahu...
-AZ-
19 September 2015
Tiga tahun yang lalu...
Saya bertemu dengan laki-laki yang sangat memotivasi. Sebelum saya mengenalnya, saya sudah kagum dengan apa yang ia lakukan. Dia pintar sekali berbicara, sangat ramah, pintar bergaul, tapi sayang kadang suka memberikan harapan yang palsu (php). Duh, kalo soal PHP kayanya saya yang salah-,- karna kebawa sama perasaan. Intinya dia laki-laki yang baik, cukup baik menurut saya pribadi.
Tiba-tiba keinget sesuatu, kalo saya ketemu sama dia. Pasti aja berantem ga ada akur-akurnya. Ga tau malu kalo berantem. Rasanya punya prinsip begini...
"Dia ngajak berantem... ya dibales! Ga boleh ngalah, dan ga boleh kalah!"
Ada nih satu cerita yang paling ga bisa dilupain. Jadi waktu itu udah malem, tapi saya masih aja chat-an sama dia. Chat-an nya ga romantis atau biasa aja gitu yaaaa. Seperti biasa, rutinitas tiap kalo lagi chat-an. Ya iya udah ketebak pasti "BERANTEM". Hoaaaaaaa...
Cape banget nanggepinnya kalo pake urat sama otot:( tapi ada keseruan disitu.
Dia: "duh ileh, dasar anak jaman sekarang"
Saya: "duh ileh, dasar anak jaman dulu"
Dia: "bener-bener deh nid, lu mah ade kelas kurang asem"
Saya: "ya Allah kak, gue kan bukan sayur asem:( tapi kan bener lu udah tua:("
Dia: "muka gue masih muda elah"
Saya: "kasian gue sama lu kak, ga punya kaca. Jadi pen beliin kaca"
Dia: "nid..."
Saya: "ape kek?"
Dia: "jembatan pakuan masih rame kan ya?"
Saya: "iya kak masih, kenapa gitu?"
Dia: "anterin gue kesono nyok"
Saya: "ngapain dah?"
Dia: "ntar kalo udah sampe sono, lu jorokin gue, biar gue aja yang mati duluan. Ga kuat gue ama lu nid"
Saya: "hahaha, duh sampe segitunya. Tapi ayoo dah kak, biar tidur nyenyak gue"
Dia: "tindih badan gue pake buldoser sekalian ya nid, biar ga berbentuk:("
Saya: "buldoser ke mahalan kak, pake angkot aja yak"
Dia: "ya Allah, dasar songong emang ini ade kelas"
Saya: "ya beginilah saya"
Dia: "paling songong lu nid...nid"
Dari sekian banyaknya kejadian berantem saya sama dia, cuma itu doang yang keinget dan selebihnya lupa hahahaha.
Cuma dia doang yang sering ngajak saya berantem sampe ketawa ngakak karna dia kalah mulu.
Kaya anak kecil emang, tapi dari berantem itu lah saya semakin mengenal dia. Saya semakin tahu bagaimana dia marah, dan bagaimana dia menyikapi suatu masalah.
Sudah terlalu banyak cerita tentang dia dalam hidup saya, sampai saya lupa akan Allah. Astagfirullah. Ketika Allah mengingatkan saya, saya langsung mengambil keputusan untuk memutuskan komunikasi saya dengan dia. Tidak mudah untuk melakukannya, sampe-sampe saya selalu berdoa untuk dipisahkan dan apa yang harusnya saya lalukan. Tidak lama dari itu, Allah mengabulkan permintaan saya. Senang sekali rasanya. Perlahan saya melupakan dia, meskipun tidak semudah membalikkan telapak tangan.
Saya selalu berdoa kepada Allah, agar dihapuskan fikiran saya tentang dia. Fikiran yang membuat saya jauh dari Sang Pencipta. Masa iya saya lebih mencintai makhluk ciptaan Allah daripada Allah yang menciptakan saya. Kan ga lucu pake banget.
Setelah kejadian itu, dan setelah saya melupakan dia dengan ikhlas karna Allah. Saya mencoba menjemput hijrah saya, mencoba menjadi pribadi yang lebih baik, moncoba memperbaiki lisan dan perbuatan buruk saya.
Saya sangat bersyukur karna Allah mengingatkan saya, menyentuh hati saya dengan lembut sehingga saya merasa tertegur atas apa yang saya perbuat selama ini.
Kejadian diatas hanya sebagian kecil dari kehidupan saya. Kisah percintaan saya yang tak harusnya saya dapatkan.
Saya yakin Allah akan memberikan laki-laki yang sholeh kepada saya. Insya Allah:)
Jodoh siapa yang tahu...
-AZ-
19 September 2015
Kamis, 17 September 2015
Ayah
"Ayah...
Ingin aku bertanya...
Mengapa engkau diam saja ketika aku bercerita tentang laki-laki yang aku sukai?
Mengapa engkau pura-pura tak mendengar?"
"Dengarlah nak. Mengapa ayah diam? Karena ayah begitu sedih. Anak perempuan yang selalu ayah rawat sekarang sudah menjadi gadis yang cantik dan dewasa. Ayah tau semua ini akan terjadi. Kau akan menyukai seseorang, menyayangi dia melebihi rasa sayangmu kepada Ayah, terlebih lagi Ayah takut kamu mencintai orang yang salah meskipun cinta tak pernah salah. Tapi ingatlah nak, Ayah tak akan pernah menyerahkan gadis kesayangan Ayah ini kepada laki-laki yang tidak bisa bertanggung jawab sebagai imam yang amanah. Dengarkan Ibumu nak, dengarkan setiap perkataan yang keluar dari mulutnya, semua itu nasihat yang terbaik untukmu. Ayah bukannya pura-pura tidak mendengar, tapi Ayah sangat jelas mendengar setiap perkataanmu tentang laki-laki itu. Dalam hati, Ayah menahan tangis nak maka dari itu ayah pura-pura tak mendengar."
"Ayah, maafkan aku. Aku tak bermaksud menggantikan Ayah di dalam hatiku ini. Aku sangat menyayangi Ayah, tak akan pernah aku menomor duakan kasih sayangku kepada Ayah."
"Nak, dimata Ayah kamu masih menjadi anak perempuan kecil Ayah. Umurmu masih sangat muda untuk menemukan keseriusan dalam hati seorang laki-laki. Ingat nak, jangan pernah meneteskan air matamu demi laki-laki yang tidak pernah serius kepadamu. Tinggalkan laki-laki itu jika ia selalu membuat hatimu menangis, lupakan dia dengan ikhlas. Laki-laki yang mencintai kamu karna Allah, akan berbuat baik kepadamu dan ia tak akan pernah membuat kamu terjerumus dalam kesenangan dunia. Fokuslah dengan impianmu nak, kamu boleh mencari laki-laki itu tapi jangan pernah lupakan kewajibanmu sebagai seorang anak dan kakak dari adik-adikmu. Ayah akan selalu mengiringi kesuksesanmu dan kebahagianmu."
Aku hanya bisa menangis mendengar semua perkataan Ayahku. Sebegitunya Ayahku takut untuk kehilangan diriku yang kadang membuatnya jengkel dan lelah. Bahkan disaat aku menulis ini saja air mataku tumpah. Senyum yang Ayah berikan kepadaku ternyata menyimpan sejuta kesedihan. Sosok seorang Ayah, laki-laki yang sangat luar biasa, laki-laki yang menjadi pahlawan dihati anaknya, laki-laki yang ikhlas dan rela berkorban demi kebahagian keluarganya. Terimakasih telah menjadi laki-laki pertama yang aku sayangi Ayah. Terimakasih Ayah telah menjadi Ayah yang membuatku terlahir kedunia ini. Terimakasih atas segala kasih sayang, nasihat, dan kebahagian yang telah Ayah beri.
-AZ-
Ingin aku bertanya...
Mengapa engkau diam saja ketika aku bercerita tentang laki-laki yang aku sukai?
Mengapa engkau pura-pura tak mendengar?"
"Dengarlah nak. Mengapa ayah diam? Karena ayah begitu sedih. Anak perempuan yang selalu ayah rawat sekarang sudah menjadi gadis yang cantik dan dewasa. Ayah tau semua ini akan terjadi. Kau akan menyukai seseorang, menyayangi dia melebihi rasa sayangmu kepada Ayah, terlebih lagi Ayah takut kamu mencintai orang yang salah meskipun cinta tak pernah salah. Tapi ingatlah nak, Ayah tak akan pernah menyerahkan gadis kesayangan Ayah ini kepada laki-laki yang tidak bisa bertanggung jawab sebagai imam yang amanah. Dengarkan Ibumu nak, dengarkan setiap perkataan yang keluar dari mulutnya, semua itu nasihat yang terbaik untukmu. Ayah bukannya pura-pura tidak mendengar, tapi Ayah sangat jelas mendengar setiap perkataanmu tentang laki-laki itu. Dalam hati, Ayah menahan tangis nak maka dari itu ayah pura-pura tak mendengar."
"Ayah, maafkan aku. Aku tak bermaksud menggantikan Ayah di dalam hatiku ini. Aku sangat menyayangi Ayah, tak akan pernah aku menomor duakan kasih sayangku kepada Ayah."
"Nak, dimata Ayah kamu masih menjadi anak perempuan kecil Ayah. Umurmu masih sangat muda untuk menemukan keseriusan dalam hati seorang laki-laki. Ingat nak, jangan pernah meneteskan air matamu demi laki-laki yang tidak pernah serius kepadamu. Tinggalkan laki-laki itu jika ia selalu membuat hatimu menangis, lupakan dia dengan ikhlas. Laki-laki yang mencintai kamu karna Allah, akan berbuat baik kepadamu dan ia tak akan pernah membuat kamu terjerumus dalam kesenangan dunia. Fokuslah dengan impianmu nak, kamu boleh mencari laki-laki itu tapi jangan pernah lupakan kewajibanmu sebagai seorang anak dan kakak dari adik-adikmu. Ayah akan selalu mengiringi kesuksesanmu dan kebahagianmu."
Aku hanya bisa menangis mendengar semua perkataan Ayahku. Sebegitunya Ayahku takut untuk kehilangan diriku yang kadang membuatnya jengkel dan lelah. Bahkan disaat aku menulis ini saja air mataku tumpah. Senyum yang Ayah berikan kepadaku ternyata menyimpan sejuta kesedihan. Sosok seorang Ayah, laki-laki yang sangat luar biasa, laki-laki yang menjadi pahlawan dihati anaknya, laki-laki yang ikhlas dan rela berkorban demi kebahagian keluarganya. Terimakasih telah menjadi laki-laki pertama yang aku sayangi Ayah. Terimakasih Ayah telah menjadi Ayah yang membuatku terlahir kedunia ini. Terimakasih atas segala kasih sayang, nasihat, dan kebahagian yang telah Ayah beri.
-AZ-
18 September 2015
Bidadari Dunia Untukmu
Bismillahirohmanirrohim...
"...kamu dikirim Tuhan untuk melengkapiku..."
Kamu?
Butuh waktu yang lama untukku mengetahui siapa nama kamu, bagaimana sikapmu, bagaimana rupamu, dan bagaimana hatimu kepada Allah.
Jujur...
Ingin rasanya bertemu dengamu...
Ingin rasanya aku melihatmu, berbagi cerita denganmu...
Sungguh...
Aku ingin...
Jika itu terjadi, air mata ini akan jatuh dengan bahagia.
"...Ya Allah laki-laki apa yang diperuntukkan untukku? Apa dia laki-laki yang baik akhlaqnya? apa dia laki-laki calon penghuni surgamu?..."
Bidadari dunia?
Aku tahu kamu sedang mencari cintamu.
Cinta yang akan terus mengalir hanya untuk kamu.
Seseorang bidadari yang hanya mendoakan langkahmu.
Bidadari tanpa sayap.
Kau mau bidadari itu bukan?
Maaf...
Aku bukan bidadari yang sempurna bahkan aku belum layak dipanggil "bidadari dunia".
Tapi...
Aku ingin menggapai surga Allah bersamamu.
Sekarang, aku sedang mencoba menjadi bidadari itu.
"Bidadari tanpa sayap" untukmu.
Ini semua butuh proses.
Mungkin banyak hinaan dan cacian untuk semua ini.
Tidak,,,Aku tidak peduli dengan semua cacian itu.
Aku akan mengabaikannya demi bertemu denganmu.
Demi bertemu dijalan yang di Ridhoi Allah.
"Wanita baik akan bertemu dengan laki-laki yang baik pula, dan begitupun sebaliknya"
-AZ-
13 September 2015
"...kamu dikirim Tuhan untuk melengkapiku..."
Kamu?
Butuh waktu yang lama untukku mengetahui siapa nama kamu, bagaimana sikapmu, bagaimana rupamu, dan bagaimana hatimu kepada Allah.
Jujur...
Ingin rasanya bertemu dengamu...
Ingin rasanya aku melihatmu, berbagi cerita denganmu...
Sungguh...
Aku ingin...
Jika itu terjadi, air mata ini akan jatuh dengan bahagia.
"...Ya Allah laki-laki apa yang diperuntukkan untukku? Apa dia laki-laki yang baik akhlaqnya? apa dia laki-laki calon penghuni surgamu?..."
Bidadari dunia?
Aku tahu kamu sedang mencari cintamu.
Cinta yang akan terus mengalir hanya untuk kamu.
Seseorang bidadari yang hanya mendoakan langkahmu.
Bidadari tanpa sayap.
Kau mau bidadari itu bukan?
Maaf...
Aku bukan bidadari yang sempurna bahkan aku belum layak dipanggil "bidadari dunia".
Tapi...
Aku ingin menggapai surga Allah bersamamu.
Sekarang, aku sedang mencoba menjadi bidadari itu.
"Bidadari tanpa sayap" untukmu.
Ini semua butuh proses.
Mungkin banyak hinaan dan cacian untuk semua ini.
Tidak,,,Aku tidak peduli dengan semua cacian itu.
Aku akan mengabaikannya demi bertemu denganmu.
Demi bertemu dijalan yang di Ridhoi Allah.
"Wanita baik akan bertemu dengan laki-laki yang baik pula, dan begitupun sebaliknya"
-AZ-
13 September 2015
Empat Tahun Sudah
Empat tahun sudah aku melewati kehidupanku sendirian tanpa orangtua. Mencoba untuk mandiri dan mencoba berjuang diluar daerahku. Aku kira aku akan meraih cita-citaku sebagai dokter atau masuk ke dalam dunia kesehatan tapi apa daya Allah berkata lain. Kehidupanku yang baru bersama teman-teman di dalam belenggu dua kata namun bermakna "analis kimia". Bukan maksud hati membanggakan ini semua, namun aku tak bisa berbohong. Aku tak bisa membohongi hatiku ini. Aku sangat bangga menjadi anggota sekolahku, memiliki teman yang sangat amat berarti dan luar biasa adalah anugrah terindah. Empat tahun kami selalu bersama, menjalani kehidupan yang berbeda namun tetap saling memberikan nasehat agar bisa menjadi diri yang lebih baik. Beberapa kata yang keluar dari bibir ini tak bisa mengungkapkan kebahagianku akan mereka. Cephatrov Zenova itulah nama angkatan ku. Angkatan yang memiliki anggota paling sedikit diantara angkatan yang lain namun memiliki kekuatan dan kekompakkan yang amat sangat luar biasa.
"Dimana ada berpetemuan pasti ada perpisahan"
Kalimat itu selalu terngiang akhir-akhir ini dikepala ku. Ya Allah aku takut untuk berpisah dengan mereka. Aku takut kami akan berubah ketika kami bertemu kembali. Baru kemarin kami bersenang-senang selama 9 hari tapi kenapa kami haru dipisahkan dengan waktu yang sangat amat lama.
Kami berjuang sendiri demi masa depan kami.
Beberapa langkah lagi aku akan kehilangan mereka. Udara ini semakin mencekam seolah tertawa mengiringi perpisahanku dengan mereka.
Aku tak ingin mengulangi waktu karna aku tahu itu mustahil. Ya Allah hati ini bergetar ketika berdoa tentang mereka. Sangat enggan untuk berpisah.
Aku mohon.
Tunggu dulu.
Berikan kami waktu.
Tunggu ya Allah.
Aku tak siap.
"Hampa terasa hidupku tanpa dirimu. Adakah disana kau rindukan aku. Seperti diriku yang selalu merindukanmu. Selalu merindukanmu"
Kenapa?
Kenapa waktu berjalan begitu cepat?
Aku baru merasakan kemarin baru saja aku selesai melakukkan MOS dan sekarang.......aku akan diwisuda :(
Bahagia memang....
Tapi....
Terlalu banyak "tapi" dalam kehidupanku.
Mata ini tak bisa menahan air mata lagi ya Allah.
Tak kuat jika mengingat kenangan bersama mereka.
Masih ada kesempatan lagi untuk aku dan mereka bersama.
Saat WISUDA...
Mungkin air mata akan tumpah lagi untuk kesekian kalinya.
-AZ-
17 September 2015
Langganan:
Komentar (Atom)
