Minggu, 20 September 2015

Bukan Dia

Terkadang kita memikirkan sesuatu yang tidak sepatutnya kita pikirkan.
Namun, karena waktu dan keadaan yang membuat kita memikirkan hal itu. Contohnya saja ketika kita sendirian ditempat yang ramai atau sendirian ditempat yang sepi. Saya juga sering mengalami itu. Kadang suka bingung harus bagaimana agar tidak memikirkan hal itu lagi. Moment yang paling bisa ngilangin keadaan itu adalah ketika lagi sepi-sepi nya suasana, eeeehh ada yang teriak "NIIIDDDDDAAAAAAAAAAA!!! WOOOYY KELUAR LO DARI KAMAR JANGAN BERTELOR MULUUU!!! AYOO MAEN!" huahahaha sepontan saya kaget, ya jelas aja kaget orang lagi kepikiran sesuatu malah dikagetin pake suara yang kenceng nya naudzubillah-,- tapi bersyukur juga sih saya di kagetin, kalo ga dikagetin bisa-bisa saya gila sendirian.

Mereka..... iya "mereka" bukan "dia" skip dulu nulis tentang "dia"nya. Mereka orang yang paling males dianggep temen tapi paling cocok dianggep sahabat (ciyeileh). Mereka yang paling sering ngingetin saya untuk tidak terlalu sering menyendiri, melamun, menangis, dan stress. Sahabat paling berisik, paling rame, paling gila, tapi paling ngangenin. Yakelah, jadi baper saya kalo nulis tentang mereka:".

Sebutan yang tepat untuk mereka adalah "alarm". Iya alarm menuju kebebasan. Mereka yang selalu ada setiap hari disisi saya, jadi saya lebih sering mendengar nasihat mereka secara langsung. Mereka ga pernah takut saya sakit hati atas apa yang mereka katakan dan saya juga tidak akan sakit hati karna saya yakin meskipun ini hidup saya tapi orang lain yang menilai baik buruknya kehidupan saya.

Mereka yang selalu mendengar cerita saya tentang apapun, bahkan sampai ceritanya diulang-ulang pun mereka masih mau mendengar meskipun diakhiri dengan......
"Elu udah cerita berkali-kali tentang ini nid-,- ga ada cerita lain apa?" Hahahaha cerita berulang-ulang ya karna emang kenangannya "stuck" disitu.

Setiap hari selalu sharing cerita. Entah cerita yang cuma buat manas-manasin satu sama lain, atau bahkan sampe cerita yang bersifat pribadi. Cerita cinta misalnya. Mungkin karna keseringan cerita tentang cinta jadi yang ada di otak pasti "gue mau cepet-cepet nikah aja" huaaaa terlalu pasrah:(.

Umur kita beragam, kaya bunga yang ada ditaman kencana(?). Kisaran 18-19 tahun (tenang, saya ga bilang ada yang "mau 20 tahun" muehehe ampun). Masih muda bukan? Tapi pikirannya sudah dewasa. Hmmm dewasa sebelum waktunya(?). Efek dari SMA yang empat tahun mungkin. Ya jadinya udah ga heran kalo sering ngomongin nikah. Yang lebih sering ngomogin nikah itu.....saya sendiri-,- ya lagian, saya terlalu cape dengan cinta yang pura-pura.

Hoaam jadi ngalor ngidul. Cerita kali ini cukup sampai disini. Harapan saya adalah semoga mereka tidak pernah melupakan saya:)

-AZ-
20 September 2015

Tidak ada komentar:

Posting Komentar